Selasa, 07 November 2017

KOMITMEN


SAYA sangat memahami bahwa apa yang terjadi hari-hari ini nyaris sama dengan apa yang digambarkan Bung Hatta mengenai situasi politik pada masa demokrasi parlementer: ketika partai politik cenderung menunjukkan sisi buram dari demokrasi. Tapi, kita tetap membutuhkannya. Sebab, politik berkaitan erat dengan proses pendistribusian kekuasaan dan pengambilan keputusan di wilayah publik. Artinya, ia akan menentukan pada siapa, atau kelompok mana, realitas politik berpihak.

Karena itulah kita tetap memerlukan politik. Maka dengan segala situasi buram ini, rasanya kita tetap perlu menyiapkan diri untuk mulai mengikis energi “kebosanan” terhadap politik menjadi energi yang lebih bersahabat dengan politik. Tidak mudah memang. Tapi saya percaya bahwa demokrasi adalah satu proses perubahan yang bisa memberikan inspirasi bagi siapa saja, selama politik dipahami sebagai sebuah proses pencarian dan artikulasi tentang apa yang universal: suatu pergulatan antarkelompok yang mau tak mau terdorong membentuk “kita”.

Pada titik itulah politik (akan) menjadi sebuah arena pertukaran gagasan bijak, perjuangan aspirasi rakyat, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban publik secara kasatmata. Seperti yang pernah diucapkan Nelson Mandela, tujuan pemerintahan adalah membangun a people-centered society. Artinya, kata dia, seluruh aspek kehidupan bernegara mulai dari program pemerintahan, lembaga pemerintahan yang dibentuk, hingga legislasi yang disahkan, harus demi mencapai perluasan ruang-ruang kebebasan rakyat.

Saya kira apa yang diucapkan Mandela mengandung pemahaman bahwa segala bentuk kekuasaan politik mengharuskan adanya partisipasi: keterlibatan semua warga dengan mempertimbangkan preferensi-preferensi yang berkembang di tengah masyarakat. Meski kita sadar, tiap orang bisa memiliki preferensi yang berbeda tentang prinsip apa yang dianggap paling utama—terutama bila menyangkut soal hajat hidup orang banyak.

Namun karena kebijakan publik adalah keputusan-keputusan pemerintah yang dilaksanakan oleh aparat birokrasi, maka ia mestinya ditujukan untuk warga secara keseluruhan—sesuai dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi seperti; nilai-nilai kebebasan, persamaan, majority rule, pluralisme, toleransi, keadilan, hukum dan keteraturan, akuntabilitas publik, tranparansi, rule of law, dan lain sebagainya.

Artinya, kerja politik yang akan saya bangun ke depan akan berorientasi pada basis humanisme universal yang mampu memberi ruang bagi seluruh warga untuk hidup bersama dalam tata sistematik yang lebih adil. Dengan karakter wilayah yang sejak awal tidak pernah homogen, tidak tunggal, maka kita harus mampu memahami Tangerang Selatan sebagai sebuah tatanan masyarakat yang tersusun dari berbagai macam bentuk kehidupan dan orientasi nilai: masyarakat kota multikultural.

Dengan demikian, upaya pembangunan Kota Tangerang Selatan sebagai manifestasi praksis ide politik, harus besifat menyeluruh dan sistematik dalam kerangka pikir holistik. Karena itulah saya berada di Partai Golkar, yang Insya Allah akan maju (kembali) mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan pada Pemilu 2019 mendatang.

Salam hangat dari Saya,

HM. Robert Usman

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar