SAYA sangat memahami bahwa apa yang
terjadi hari-hari ini nyaris sama dengan apa yang digambarkan Bung Hatta
mengenai situasi politik pada masa demokrasi parlementer: ketika partai politik
cenderung menunjukkan sisi buram dari demokrasi. Tapi, kita tetap membutuhkannya.
Sebab, politik berkaitan erat dengan proses pendistribusian
kekuasaan dan pengambilan keputusan di wilayah publik. Artinya, ia akan
menentukan pada siapa, atau kelompok mana, realitas politik berpihak.
Karena
itulah kita tetap memerlukan politik. Maka dengan segala situasi buram ini,
rasanya kita tetap perlu menyiapkan diri untuk mulai mengikis energi
“kebosanan” terhadap politik menjadi energi yang lebih bersahabat dengan
politik. Tidak mudah memang. Tapi saya
percaya bahwa demokrasi adalah satu proses perubahan yang bisa memberikan
inspirasi bagi siapa saja, selama politik dipahami sebagai sebuah proses
pencarian dan artikulasi tentang apa yang universal: suatu pergulatan antarkelompok
yang mau tak mau terdorong membentuk “kita”.
Pada titik itulah politik (akan) menjadi sebuah
arena pertukaran gagasan bijak, perjuangan aspirasi rakyat, akuntabilitas, dan
pertanggungjawaban publik secara kasatmata. Seperti yang pernah diucapkan Nelson Mandela, tujuan
pemerintahan adalah membangun a people-centered
society. Artinya, kata dia, seluruh aspek kehidupan bernegara mulai dari
program pemerintahan, lembaga pemerintahan yang dibentuk, hingga legislasi yang
disahkan, harus demi mencapai perluasan ruang-ruang kebebasan rakyat.
Saya
kira apa yang diucapkan Mandela mengandung pemahaman bahwa segala bentuk
kekuasaan politik mengharuskan adanya partisipasi: keterlibatan semua warga
dengan mempertimbangkan preferensi-preferensi yang berkembang di tengah
masyarakat. Meski
kita sadar, tiap orang bisa memiliki preferensi yang berbeda tentang prinsip
apa yang dianggap paling utama—terutama bila menyangkut soal hajat hidup orang
banyak.
Namun karena kebijakan publik adalah
keputusan-keputusan pemerintah yang dilaksanakan oleh aparat birokrasi, maka ia
mestinya ditujukan untuk warga secara keseluruhan—sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
demokrasi seperti; nilai-nilai kebebasan, persamaan, majority rule, pluralisme, toleransi, keadilan, hukum dan
keteraturan, akuntabilitas publik, tranparansi, rule of law, dan lain sebagainya.
Artinya, kerja politik yang akan saya bangun ke
depan akan berorientasi pada basis humanisme universal yang mampu memberi ruang
bagi seluruh warga untuk hidup bersama dalam tata sistematik yang lebih adil. Dengan
karakter wilayah yang sejak awal tidak pernah homogen, tidak tunggal, maka kita
harus mampu memahami Tangerang Selatan sebagai sebuah tatanan masyarakat yang
tersusun dari berbagai macam bentuk kehidupan dan orientasi nilai: masyarakat
kota multikultural.
Dengan demikian, upaya pembangunan Kota Tangerang
Selatan sebagai manifestasi praksis ide politik, harus besifat menyeluruh dan
sistematik dalam kerangka pikir holistik. Karena itulah saya berada di
Partai Golkar, yang Insya Allah akan maju (kembali) mencalonkan diri sebagai
Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan pada Pemilu 2019 mendatang.
Salam hangat dari Saya,
HM. Robert
Usman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar