Sabtu, 13 Januari 2018

SAMPAH JANGAN MENGGUNUNG LAGI DI CIPUTAT



PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN HARUS SEGARA MENCARIKAN SOLUSI AGAR SAMPAH TIDAK LAGI MENGGUNUNG DI CIPUTAT.


Sampah memang masih menjadi salah satu persoalan pelik di sejumlah wilayah perkotaan di Indonesia, termasuk di Kota Tangerang Selatan. Tingkat pertumbuhan penduduk yang begitu cepat—yang juga berarti bertambahnya volume sampah--ternyata belum diimbang dengan sistem pengendalian sampah yang baik. Maka tidak heran bila di sejumlah titik di kawasan Tangerang Selatan, khususnya sekitar Pasar Ciputat, sampah kembali menumpuk.

Berdasarkan pemantauan lapangan tim Robert Usman Centre (RUC), hingga hari ini (13/1/2018) masih banyak terdapat tumpukan sampah di sejumlah titik di kawasan Pasar Ciputat. Salah satunya yang cukup mengganggu adalah di titik pertigaan yang mempertemukan Jalan Arya Duta dengan Jalan Dewi Sartika, Ciputat. Sampah yang kebanyakan berasal dari area pasar ini ditumpuk sembarangan hingga tumpah ke jalan raya.

Penumpukan sampah itu, yang juga terdapat di separator di sekitar SPBU di putaran jalan dari arah pamulang menuju Gaplek dan di sekitar area pasar lainnya, telah menghadirkan kesan kotor dan kumuh bagi wilayah Kota Tangerang Selatan. Padahal, kawasan Ciputat—selain sebagai ibu kota Tangerang Selatan—juga menjadi salah satu titik masuk ke kota ini.

Dari hasil perbincangan tim RUC dengan sejumlah petugas kebersihan diperoleh keterangan bahwa jumlah armada yang setiap hari bertugas mengangkut sampah di Pasar Ciputat sangat terbatas, yakni sekitar 2 sampai 3 unit truk. Sementara kebutuhannya mugkin di atas 6 armada per hari. Persoalan itu semakin rumit ketika terjadi antrian masuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Cipeucang milik Pemkot Tangerang Selatan.

Berdasarkan hasil investigasi data-data, Wali Kota Airin Rachmy Diany sebenarnya sudah pernah mewacanakan untuk membangun sistem pengendalian sampah dengan teknik komposting khusus untuk Pasar Ciputat. Artinya, sampah-sampah dari Pasar Ciputat bisa diatasi sendiri hingga tidak perlu ikut dibuang ke TPA Sampah Cipeucang. Namun hingga hari ini, wacana itu belum terealisasi.

Padahal, kapasitas TPA Sampah Cipeucang juga sudah mengkhawatirkan, mengingat tidak ada keseimbangan antara kapasitas dengan produksi sampah yang dihasilkan setiap hari. Data yang diperoleh RUC menyebutkan, volume sampah yang berasal dari warga Kota Tangerang Selatan saat ini mencapai sekitar 1.500 ton per hari. Sementara TPA Cipeucang hanya sanggup menampung 880 ton sampah per hari.

Bayangkan, terjadi selisih 620 ton sampah per hari yang sesungguhnya tidak bisa diatasi oleh TPA Cipeucang.


# Bayong Cappoera / RUC

Kamis, 11 Januari 2018

ROBERT USMAN DALAM FOTO


Sebagai politisi yang sudah cukup memiliki pengalaman, teman, dan jaringan di Kota Tangerang Selatan, HM. Robert Usman merupakan sosok yang cukup sering mengunjungi dan dikunjungi warga dalam berbagai aktifitas. Bukan saja pada forum-forum resmi, namun juga dalam kegiatan-kegiatan biasa, baik itu sekadar mengobrol bersama, menjenguk sabahat, menerima kelompok pemuda masjid, mahasiswa, hingga tokoh masyarakat. Bagi yang sudah mengenal pria yang kini duduk sebagai Wakil Bendahara Partai Golkar Kota Tangsel ini, hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa dilakukan oleh HM. Robert Usman.

Berikut adalah sebagian rangkaian foto aktifitas HM. Robert Usman sekitar satu bulan ini yang sempat terekam.



1. Silaturrahmi dengan warga di RW 012 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat




2. Ngobrol bareng para pemulung di "istana pemulung" di wilayah Tangerang Selatan




3. Berbincang-bincang dengan Wali Kota Tangerang Selatan, Hj. Airin Rachmy Diany




4. Menerima kunjungan dari perwakilan remaja masjid Kelurahan Serua dan Serua Indah




5. Silaturrahmi dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tangsel, H. Muhammad





6. Menerima kunjungan dari perwakilan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah 




7.  Silaturrahmi dengan warga Kelurahan Serua Indah




8. Silaturrahmi dengan anggota DPRD Provinsi Banten, H. Harun Al-Rasyid




9. Silaturrahmi dengan Ketua KPUD Kota Tangerang Selatan, Mohamad Subhan























10. Kerja bakti bersama pemuda Kelurahan Serua

AYO, RAWAT SITU GINTUNG


Belakangan ini kawasan Situ Gintung terlihat kurang terawat, khususnya di titik yang agak jauh dari lokasi wisata.


SITU GINTUNG adalah sebuah danau buatan yang terletak di kawasan Cirendeu, Kota Tangerang Selatan. Ia dibentuk oleh sebuah bendungan yang dibangun pada zaman  Kolonial Belanda pada 1933. Pada awalnya, Situ Gintung adalah sebuah bendungan untuk kepentingan irigasi di sekitar kawasan tersebut. Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), awalnya bendungan tersebut memiliki luas 31 hektar, namun karena mengalami pendangkalan, luasnya berkurang menjadi 21,4 hektar di tahun 2009.

Dalam konteks upaya pengendalian banjir, Situ Gintung sangatlah penting mengingat ia mampu menampung sekitar 2,1 juta meter kubik air. Apalagi danau itu merupakan bagian dari daerah aliran sungai Kali Angke dan Pesanggrahan, yang lahir pada awal pembentukan dataran rendah Jakarta, sekitar 5.000 tahun silam. Baru kemudian Belanda menjadikannya bendungan untuk keperluan irigasi dan pengendalian banjir Jakarta.

Sekitar tahun 1980, area Situ Gintung mulai dilirik para pebisnis. Waduk tandon hujan itu pun digarap menjadi objek wisata alam. Berbagai fasilitas dibangun mulai dari restoran hingga sarana olahraga, serta bangunan-bangunan komersial lainnya. Tahun 2009, tanggul danau ini jebol hingga mengakibatkan banyak korban jiwa. Setelah terjadinya bencana, Situ Gintung sempat dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan sementara seperti perkebunan singkong, timun suri, dan jagung.

Hari ini (11/1/2018), tim Robert Usman Centre (RUC) mengunjungi kawasan Situ Gintung sebagai bagian dari kepedulian komunitas ini terhadap lingkungan sekitar. Dari pantauan RUC, di sejumlah titik kawasan ini tampak tidak mendapatkan perawatan yang cukup baik hingga danau ini terlihat agak kumuh. Di sekitar jalan setapak danau tumbuh semak-semak liar. Belum lagi dengan pemandangan penumpukan sampah di titik lainnya.


Ini menunjukkan pengawasan yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC)—yang kemudian menunjuk asosiasi pengusaha Situ Gintung untuk bekerja sama mengelola sekitar danau sebagai area komersial—belum dilakukan secara maksimal. Artinya, Pemerintah Kota Tangerang Selatan ada baiknya bisa mengingatkan sejumlah pihak yang berkepentingan dengan Situ Gintung agar bisa meningkatkan pengawasan serta perawatan danau ini. Apalagi fungsi danau ini juga menjadi salah satu sarana pengendali banjir, maka pendangkalan-pendangkalan yang terjadi karena alam maupun manusia perlu segera diantisipasi secara dini.

# Max / RUC
   

Minggu, 07 Januari 2018

GERAKAN SADAR PEMILU


Dalam sistem demokrasi, rakyat memiliki kedaulatan untuk memilih para pemimpin yang akan membentuk parlemen dan pemerintahan melalui ajang Pemilu. Dalam konteks ajang kontestasi ide dan gagasan bernegara secara damai dan beradab, Pemilu idealnya menjadi sarana bagi semua komponen masyarakat untuk saling menguatkan ide persatuan dan kesatuan bangsa.

Karena itu penting bagi kita semua untuk memahami Pemilu secara tepat agar dapat dioptimalkan secara benar dan demi kemajuan bangsa. Menghadapi Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, KPU menggagas sebuah gerakan sosial yang dinamai Gerakan Sadar Pemilu, yakni sebuah gerakan moral untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Pemilu. Sebagai sebuah gerakan, tentu saja program ini dilaksanakan secara berkelanjutan dan tidak menjadi kegiatan KPU saja, melainkan juga seluruh rakyat Indonesia.

Gerakan Sadar Pemilu ini memiliki 7 poin utama yang wajib diketahui masyarakat sebagai pemilih, di antaranya :

1    1. Memiliki KTP Elektronik
     2. Pastikan terdaftar dalam DPT
     3. Telusuri profil dan rekam jejak kandidat
     4. Santun dalam berkampanye
     5.  Gunakan hak pilih di TPS
     6. Kenali jenis surat suara dan tata cara memilih yang benar
     7. Kawal jalannya pemungutan dan penghitungan suara



APA MANFAAT PEMILU BUAT KITA?


Pemilih harus sungguh-sungguh berdaulat atas pilihannya bila ingin Pemilu menjadi bermanfaat untuk orang banyak.


Itulah benang merah yang dapat disimpulkan dari hasil diskusi Robert Usman Centre (RUC) Coffee Morning ke-3 yang digelar belum lama ini, Sabtu (6/12/2018) di Taman Jajan Bukit Nusa Indah, Serua-Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Dengan kata lain, pemilih sebenarnya memiliki peran yang sangat strategis dan fundamental dalam membentuk parlemen yang lebih kapabel, kredibel, dan berintegritas—selama pemilih tidak terdistorsi dan terciderai oleh aspek-aspek artifisial yang sifatnya hanya sesaat.

Ketua KPUD Kota Tangsel, Mohamad Subhan (kiri)
Narasumber diskusi kali ini, Ketua KPUD Kota Tangerang Selatan Mohamad Subhan, menegaskan bahwa sesungguhnya kita tidak bisa bersikap apatis terhadap politik, termasuk dalam menyikapi Pemilu. “Mengapa demikian, karena seluruh hal yang menyangkut tata kelola negara diatur oleh kebijakan politik, baik yang bersifat lokal, nasional, bahkan internasional. Penetapan harga kebutuhan pokok, misalnya, ditentukan oleh kebijakan politik. Pemimpin baik dan buruk juga lahir dari kompetisi politik,” ujar Mohamad Subhan.

Itu sebabnya saya percaya, tambah Subhan, Pemilu adalah suatu “momen sakral” yang tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Begitu kita menentukan pilihan, maka saat itu pula kedaulatan kita sebagai warga negara telah dijatuhkan kepada sosok kandidat yang dipilih itu. Mandat telah kita berikan kepada sosok di atas kertas suara tersebut. Karenanya jangan memilih atas dasar pertimbangan pada aspek-aspek artifisial, seperti primordialisme dan politik uang.

“Jangan berikan mandat itu kepada sosok-sosok yang tidak memiliki komitmen terhadap perkembangan masyarakat ke depan. Pesta demokrasi ini harus dijadikan sebagai sarana bagi kita semua untuk menjawab cita-cita kesejahteraan dan rasa keadilan sosial. Pemilu harus mampu menjadi sarana untuk membangun sikap kebenaran yang universal. Lewat Pemilu ini semoga saja kita mendapatkan pemimpin-pemimpin yang amanah,” tandas Subhan.

Dalam kesempatan ini Subhan juga menjelaskan, event Coffee Morning yang dilakukan RUC ini semestinya juga dilakukan oleh kandidat-kandidat lain. Sebab dari event seperti inilah kita sebagai masyarakat mampu menilai apakah kandidat ini memang layak dipilih atau tidak. “Karena itu saya sepakat dan memberikan apresiasi kepada RUC yang berani menyelenggarakan coffee morning ini sebagai ruang untuk saling membuka diri di antara kandidat dan calon pemilih agar Pemilu mendatang bisa lebih berkualitas,” ujar Subhan.

Sementara pemandu acara, HM. Robert Usman mengatakan, kegiatan RUC Coffee Morning ini memang ditujukan untuk membangun dialog positif antara kandidat dengan calon pemilih demi membangun tujuan bersama. “Di momen inilah, komitmen dan kapasitas seorang kandidat dapat terukur hingga tidak ada lagi istilah membeli kucing dalam karung,” tandas HM. Robert Usman.

Ditegaskan Robert Usman, Pemilu sebenarnya merupakan “sasaran antara” bagi kita semua. Substansi tujuannya tidak terletak pada momen Pemilu itu sendiri, melainkan pada hari-hari yang panjang pasca-Pemilu. Apa yang akan kita perbuat setelah Pemilu ini selesai?. “Di situlah kata kuncinya. Jadi, misalnya Anda semua memilih saya nanti pada Pemilu 2019—dan saya berhasil menjadi anggota DPRD--maka Anda adalah para pemegang saham atas kursi yang saya peroleh di lembaga legislatif,” kata Robert.

Selayaknya sebagai pemegang saham, maka Anda dapat mendesak saya untuk melakukan kerja-kerja yang telah disepakati demi peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal kita. Pada momen Coffee Morning inilah saya dan RUC siap membuka diri untuk merumuskan tujuan bersama kita pasca-pemilu mendatang. “Saya rasa di situlah kuncinya bagi warga untuk menentukan sosok kandidat yang dipilih pada Pemilu mendatang, hingga Pemilu menjadi bermanfaat bagi banyak orang untuk jangka panjang,” tegas HM. Robert Usman.

Dalam kesempatan yang sama, seorang Ketua RT di perumahan Vila Dago Tol, Ahmad, sempat memberikan testimoni di hadapan sekitar 50-an audience yang seluruhnya merupakan tokoh masyarakat perumahan Bukit Nusa Indah. Dikatakan Ahmad, apa yang disampikan HM Robert Usman bukanlah omong kosong. “Saya pernah mengalaminya di lingkungan tempat tinggal saya ketika Pak Robert masih menjadi anggota DPRD periode 2009-2014,” katanya.

Waktu itu, perumahan kami sering mengalami banjir besar karena lokasinya berada di tepian Kali Angke. Akhirnya kami mengajukan sejumlah item pembangunan untuk mengantisipasi banjir, seperti pembangunan tanggul, turap, dan betonisasi jalan lingkungan. Saat itu, kami berkonsultasi dengan Pak Robert dan beliau pula yang akhirnya mengawal usulan kami agar segera direalisasikan oleh Pemkot Tangerang Selatan. “Alhamdulillah, semuanya terealisasi dan hingga kini kawasan Vila Dago Tol tidak pernah dilanda banjir kembali,” tegas Ahmad.